Pendidikan merupakan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan Karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan, dan baru muncul pada akhir abd ke-18, dan untuk pertam kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman F.W Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori Pendidikan Normatif. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Tujuan dari pendidikan yang diharapkan adalah menciptakan out come pendidikan yang berkualitas sesuai dengan harapan dari berbagai pihak. Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia anak secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
- Mengembangkan potensi dasar anak agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
- Memperkuat dan membangun perilaku anak yang multikultur.
- Meningkatkan peradaban anak yang kompetitif dalam pergaulan.
Hal-Hal Yang Dapat Mempengaruhi Dalam Pembentukan Karakter
- Pendidikan dimulai dari anak usia dini
- Pengaruh sekolah selama tahun-tahun pertengahan
- Pendidikan selama remaja
- Pengaruh sosialisasi atau pergaulan
Faktor yang Mempengaruhi Karakter
- Faktor Sekolah
Kelas dan lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap prestasi. Ditemukan bahwa iklim yang koperatif mempengaruhi prestasi secara positif dan upaya individualistik berpengaruh kecil sekali. Dari penelitian ini, kelihatannya latar yang koperatif dalam lingkungan belajar dapat memiliki pengaruh positif terhadap belajar disekolah.
- Faktor Sosial
Ada pengaruh dari kelompok sebaya terhadap prestasi, demikian juga terhadap aspirasi pendidikan dan pekerjaan. Prestasi lebih berhubungan dengan karakteristik psikologik keluarga daripada dengan status sosioekonom. Sebab suasana rumah berkorelasi tinggi dengan prestasi. Misalkan anak menonton televisi hingga 10 jam perminggu dapat meningkatkan prestasi secara sedikit saja, tetapi melebihi 10 jam adalah suatu pengaruh yang dapat merusak pemikiran anak itu sendiri.
- Faktor Guru
Faktor guru yang menggunakan metode tidak langsung, meningkatkan prestasi anak daripada guru yang menggunakan metode langsung. Penggunaan pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi dapat mempengaruhi prestasi anak. Hubungan antara ganjaran dengan prestasi lebih besar terjadi pada anak yang berstatus sosio-ekonomi rendah atau anak-ana yang lebih muda, meskipun juga masih lemah hubungannya. Hubungan antara ganjaran dengan prestasi ini menjadi negatif bila digunakan dalam interaksi 2 orang. Dan hubungan antara harapan dengan prestasi lebih kuat bila guru-guru hanya sedikit kontrak sebelumnya dengan anak.
- Faktor Pengajaran
Faktor pengajaran dapat dibagi menjadi 3 segi : kualitas, kuantitas, dan bahan pengajaran atau kurikulum. Segi yang terakhir ini dapat bertumpang-tindih dengan strategi pengajaran. Tidak ada hubungan antara jumlah dan kesulitan mata pelajaran dengan prestasi. Latar belakang lain yang berhubungan secara positif dengan prestasi adalah aktualisasi diri, maskulinitas, usia, meskipun guru-guru pria tidak lebih efektif daripada guru wanita.