Dalam setiap langkah pendidikan yang kami tempuh, ada sosok yang selalu menjadi pilar yaitu guru. Hari Guru bukan hanya sebuah peringatan, melainkan momen refleksi tentang arti sebuah guru bagi kemajuan bangsa. Sebagai mahasiswa keguruan, kami tidak hanya belajar teori, tetapi juga mulai memahami realitas yang dihadapi para guru.
Realitas itu tidak selalu indah. Masih banyak guru yang bekerja di bawah bayang-bayang ketidakpastian. Status honorer, upah yang tidak sebanding dengan kerja keras, sehingga minimnya penghargaan dari masyrarakat menjadi cerminan betapa profesi mulia ini belum mendapatkan tempat yang semstinya. “Guru adalah pelita dalam kegelepan” begitu sebuah kutipan yang sering kami dengar. Namun, bagaimana pelita itu bisa terus menyala jika minyaknya kian menipis?
Keprihatinan ini semakin dalam ketika menyadari bahwa banyak dari mereka yang bertahan bukan karena materi, tetapi karena panggilan hati. Guru tetap hadir di kelas meskipun gaju belum turun. Guru tetap tersenyum meski beban kerja semakin berat. Guru tetap mendidik dengan cinta meskipun kerap diabaikan.
Sebagai mahasiswa keguruan, kami belajar dari keteladanan mereka. Namun, kami juga merasa ada tanggung jawab untuk membawa perubahan. Pendidikan tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi tanggung jawab bersama. Kami berharap keoemimpinan yang baru ini, ada regulasi yang benar-benar berpihak kepada guru: status honorer yang dihapuskan, peningkatan kesejahteraan, hingga pelatihan berkualitas yang merata.
Sebagai calon pendidik, kami tidak ingin hanya menjadi pengajar, tetapi juga pembawa perubahan. Guru bukan sekedar pekerjaan, ia adalah peran yang menetukan masa depan bangsa. Semoga kita tidak lagi hanya memuliakan guru di Hari Guru, tetapi juga di setiap kebijakan dan tindakan nyata.
Selamat Hari Guru, untuk semua pahlawan tanpa tanda jasa. Kami, calon-calon guru masa depan, berjanji akan meneruskan perjuangan kalian.
“Ilmu adalah Cahaya, dan guru adalah lilin yang rela habis terbakar demi menerangi kehidupan.”