Sekolah merupakan Lembaga Pendidikan dimana terdapat sekelompok siswa menerima pelajaran pada waktu yang sama dari guru yang sama, dengan kata lain sekolah merupakan tempat bagi guru dan siswa saling berintraksi dimana guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa menerima atau menyerap materi yang diberikan guru.
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang dimana pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan kegemaran seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan oleh pengajar. Menurut Hamalik (2002:40) bahwa ”Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat intraksi dengan lingkungan”. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya terdiri dari buku bacaan tetapi juga guru, sekolah, masyarakat, dan lain-lain. Dengan kata lain belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam bentuk seseorang yang melibatkan kegiatan (proses) berfikir dan terjadi melalui pengalaman-pengalaman yang didapat dan reaksi terhadap lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam diri individu yang belajar.
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan disemua tingkat sekolah, dan mempunyai jumlah jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan pelajaran lain, sehingga siswa mau tidak mau harus berhadapan dengan pelajaran matematika. Pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran inti, dalam arti bahwa pelajaran tersebut harus di ikuti semua pelajaran. Menurut Sujono (1998:137) mengungkapkan bahwa ”Matematika merupakan tumpuan peradapan manusia dan factor pendukung dalam laju perkembangan serta persaingan di berbagai bidang”. Selanjutnya Ida Karnasih (2001:1) mengemukakan bahwa ”Matematika adalah kunci untik mendapatkan kesempatan atau peluang (They Key Of Opportunity) dan bukan hanya sebagai bahasa sains (Languange Of Science) tetapi matematika memberikan sumbangan langsung serta cara yang fundamental terhadap bisnis, keuangan, kesehatan, pertahanan, dan bidang lainnya. Oleh karena besarnya peranan matematika dalam kehidupan manusia maka tidak mengherankan bila matematika selalu menjadi sorotan dan perhatian dari berbagai pihak.
Walupun upaya peningkatan telah dilakukan secara optimal seperti pengadaan buku paket, pembenahan kurikulum, penuturan guru, penyedian alat peraga, dan masih banyak lainnnya. Metode mengajar guru adalah salah satu dari factor eksternal. Metode belajar ini banyak dan masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Nana Sujana (1989:76) mengatakan ”Tugas guru adalah menciptakan proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan model mengajar tersebut sangat bergantung pada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar”.
Hal ini menunjukkan kemampuan guru dalam memilih metode mengajar yang sesuai dan kondisi sangat diperlukan. Sebagaimana dikatakan Ruseffendi (1980:85) yaitu “Metode mengajar matematika yang lebih baik, sebutlah ini metode yang baru yang memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berbuat dan menemukan sendiri melalui diskusi-diskusi”. Dalam hal ini siswa dipermantap dengan melalui alat-alat yang dalam bentuk konkrit yang berkaitan dengan kosep abstrak. Hamalik (1986:13) bahwa ”Betapa pentingnya alat-alat pendidikan untuk membantu proses belajar mengajar”.
Alat-alat pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah berupa lat peraga. Namun lat peraga ini harus dipandu dengan metode pengajaran yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang efektif. Teknik keterlibatan siswa sangat bermanfaat dalam mengajar matematika penting dikembangkan. Teknik keterlibatan siswa tersebut juga harus diiring suatu strategi pembelajaran. Salah satunya dengan membentuk diskusi kelompok.
Menurut H.D. Sudjana (2001:99) bahwa: ”Diskusi kelompok merupakan pembicaraan melalui tatap muka yang direncanakan diantara dua orang peserta didik atau lebih tentang pokok atau topik bahasan tertentu dan dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi”. Bruner (Dalam Erman Suherman, 1990:170-171) melalui teorinya mengungkapkan bahwa: ”Dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi objek-objek (alat peraga) karena melalui alat peraga anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikan”.
Dari pendapat Bruner dapat disimpulkan bahwa dalam metode penemuan ini sangat diharapkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar secara penuh dan didukung dengan alat peraga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode dan alat peraga mempunyai peranan penting dalam menciptakan proses belajar mengajar secara efektif, dimana unsure yang tidak bisa dilepaskan dari unsure lainnya yang berfungsi sebagai cara untuk menghantarkan pelajaran sampai pada tujuan. Adapun yang menjadi tujuan penggunaan alat peraga adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Fungsi alat peraga dalam proses belajar mengajar adalah: a. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif b. Mempercepat berlangsungnya proses mengajar c. Membantu siswa menangkap pengertian yang diberikan guru berupa rangsangan bagi siswa untuk belajar. Pada saat diskusi kelompok ini berlangsung, proses belajar mengajar dapat menggunakan alat peraga (Sarana) dan sumber belajar yang tersedia namun penekanannya ditujukan pada keterlibatan siswa secara aktif Namun yang perlu diperhatikan adlah dalam pembelajaran matematika, teknik keterlibatan siswa melalui diskusi kelompok dengan bantuan alat peraga harus relevan dan dalam situasi yang tepat serta siswa harus terlibat aktif didalamnya. Pemilihan metode pembelajaran secara tepat sangat membantu dalam memberikan hasil belajar yang baik sehingga tujuan dari pengajaran tersebut dapat tercapai.
Dan tujuan pengajaran itu sendiri adalah untuk mengetahui apakah kelas telah memahami topic yang telah dibahas atau belum. Sedangkan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasanya dilakukan guru dikelas, dimana guru aktif memberikan materi pembelajaran sementara siswa pasif hanya menerima saja, tanpa ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Guru cenderung menggunakan satu cara dalam mengajar tanpa meninjau kembali apakah cara yang digunakan telah efektif atau tidak. Dalam pembelajaran dengan teknik keterlibatan siswa melalui diskusi kelompok dengan alat peraga ini, siswa tidak hanya menerima penyajian materi yang diberikan guru sendiri upaya penemuan konsep dari materi yang dipelajari. Pembelajaran diskusi kelompok dengan alat peraga ini dapat menumbuhkan kerja sama antara siswa dalam kelompok, siswa dengan kelompok lain ataupun antara kelompok.
Selain itu dapat menimbulkan saling belajar, saling membantu serta membantu para siswa mengemukakan pendapat dan gagasan. Hal ini lebih penting lagi ialah dengan rasa tanggung jawab kelompok, para siswa dapat merumuskan keputusankeeputusan yang diambil dan dapat mengikat keterlibatan mereka dalam melakukan tindak lanjut kegiatan yang berhubungan dengan kesepakatan yang disetujui bersama. Jadi dalam mengajar matematika kepada siswa, penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok dengan menggunakan bantuan alat peraga penting. Dengan keterlibatan siswa secara aktif, siswa dapat memahami yang dipelajari dengan baik sehingga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat.
Sumber : Surya Wisada Dachi