Desa Durian, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara memiliki
potensi yang sangat baik dalam bidang pendidikan. Setidaknya ada beberapa lembaga pendidikan yang terdapat di Desa Durian yang terdiri atas SD/MI, SMP maupun SMA/SMK. SD/MI yang terdapat di Desa ini sebanyak 6 (enam) sekolah, SMP sebanyak 1 (satu) sekolah dan SMK sebanyak 1 (satu) sekolah. Melihat perseberan jumlah lembaga pendidikan yang cukup tersebut, maka tentunya ini memberikan jaminan tersendiri bagi anak-anak yang ada di Desa Durian untuk tidak putus sekolah.
Banyaknya lembaga pendidikan diimbangi juga dengan banyaknya populasi warung internet
(warnet) yang berdiri di desa ini. Pada dasarnya, lembaga pendidikan tersebut memiliki peran yang sangat penting, seperti dijelaskan oleh Siregar (2018), pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan.
Warnet melaui jaringan internetnya di masa sekarang ini memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan keberlangsungan hidup generasi penerus bangsa ini. Pengaruh tersebut dapat bernilai positif maupun negatif. Padahal apabila digunakan sebagaimana fungsinya tentunya internet memiliki dampak positif bagi siswa seperti untuk mencari referensi tugas yang diperlukan serta mengenalkan siswa akan dunia luar sebagai khasanah pengetahuan, namun apabila tidak digunakan sesuai fungsinya maka akan membawa dampak negatif bagi siswa, seperti bermain game online yang berlebihan dan membuka situs yang tidak baik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan tim pelaksana sebelum kegiatan pengabdian dilaksanakan, kebanyakan anak usia sekolah di Desa Durian yang datang ke warnet bukan untuk mencari tugas dari sekolah, melainkan untuk bermain game online. Seorang anak tidak peduli berapa banyak uang yang dihabiskan untuk bermain game online, bahkan tidak sadar sudah berjam-jam di warnet. Padahal apabila uang yang digunakan untuk bermain game online ditabung, dapat membantu mereka untuk membeli apa yang dibutuhkan dalam pembelajaran bahkan dapat digunakan untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
Menurut Majid (2016) menyatakan bahwa masalah yang paling mendasar adalah banyaknya anak yang lebih suka menghabiskan uang jajan dari pada menabungkan sisa uang sakunya, bahkan beberapa di antara mereka masih meminta uang lagi untuk membeli mainan.
Kegiatan menabung secara tidak langsung banyak mendidik anak dalam hal kehidupan, yaitu
melatih anak untuk hidup hemat dan menahan keinginan dari pada kebutuhan, melatih anak untuk hidup sehat dengan tidak menggunakan uang saku untuk sembarang membeli jajanan, kemudian melatih anak untuk menyusun masa depan yang lebih baik dengan memulai sejak usia sekolah.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan bermain ke warnet serta menanmkan pola hidup hemat pada diri siswa adalah meningkatkan kesadaran dalam menabungbagi seorang anak dengan mengajak mereka mendesain tabungan sesuai keinginan mereka. Sehingga dengan tindakan seperti itu ada rasa kecintaan dan menghargai terhadap produk yang mereka hasilkan dengan tangan mereka sendiri, sehingga mereka akan terus mengisi tabungan yang di desain sendiri dengan sisa uang saku mereka.
Sumber : Ismail Saleh