Era teknologi digital mulai merambah kepada semua sektor kehidupan, tak terk terkecuali pada dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Aktivitas tridarma perguruan tinggi harus mengintegrasikan teknologi digital dalam proses dan publikasinya. Yuhdi (2018) menegaskan bahwa pembelajaran harus didesain seupaya mungkin secara daring dan mampu membuat komunikasi dosen dan mahasiswa dapat terjalin pada saat kapanpun.
Dalam hal pelaksanaan pembelajaran, khususnya kegiatan dosen dalam mengembangkan bahan ajar mata kuliah, si dosen pengampu mata kuliah harus mampu memastikan bahan ajar yang disusunnya dapat menjangkau si
mahasiswa setiap saat.
Hal ini menginngat pekerjaan membuat bahan ajar memiliki kontribusi yang sangat besar bagi keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan. Dengan menyadari hal ini, kita tidak lagi meremehkan dan mengesampingkan pembuatan bahan ajar. Akan tetapi, kita benar-benar dapat lebih serius menekuni dan mengerjakan pembuatan bahan ajar dengan penuh rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. Dosen merupakan orang yang tepat untuk melakukan kegiatan pengembangan bahan ajar.
Hal tersebut dikarenakan seorang dosen sebagai pengampu mata kuliah dianggap mengetahui dengan pasti apa yang harus diajarkan dan apa yang harus dikuasai oleh mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan. Sebagai seorang dosen dan sekaligus pengembang bahan ajar merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengaturan informasi dan lingkungan untuk penemuan ilmu pengetahuan mahasiswa.
Untuk dapat mengembangkan bahan ajar dengan baik dan benar, seorang dosen perlu mempunyai beberapa pengetahuan dan ketrampilan antara lain, mengetahui arti bahan ajar, jenis bahan ajar dalam pembelajaran, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar, prosedur pengembangan bahan ajar, penyusunan bahan ajar dan penerapan dalam proses pembelajaran. umum permasalahan akademik yang dihadapi mahasiswa dalam pembelajaran dapat dirinci :
- a) kurang menguasai cara belajar mandiri,
- b) kurang berhasil mencerna bahan
perkuliahan dan materi literatur wajib, - c) kesukaran mengatur antara waktu belajar dan
aktivitas lainnya - d) kesukaran memperoleh buku sumber dan sumber belajar lain,
- e) kesukaran
dalam menyelesaikan tugas-tugas; membuat laporan, makalah, resume, dan lain-lain, - f)
kesukaran dalam mempelajari buku-buku dalam bahasa asing (bahasa inggris), - g) adanya
kebiasaan belajar yang tidak tepat, dan - h) rendahnya rasa ingin tahu (kurang minat dalam
membaca).
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dosen terkait dengan beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bagi mahasiswa, dapat diidentifikasi pokok permasalahannya, yakni terkait ketersediaan bahan ajar dan minat mahasiswa dalam mencari bahan bacaan sehingga menimbulkan penyerapan pemahaman materi oleh
mahasiswa menjadi rendah. Dalam hal ini, dosen dapat memberikan jalan keluar terhadap masalah ini dengan menyusun bahan ajar yang dibutuhkan mahasiswa terkait mata kuliah yang diampu dosen itu.
Pengembangan bahan ajar oleh dosen juga dapat dijadikan sebagai rujukan ukuran profesionalisme. Hal tersebut mengacu kepada Penilaian Angka Kredit Jabatan Fugsional dan
Pangkat Dosen. Dalam penelilaian Angka Kredit tersebut pengembangan inovatif dari materi substansial pengajaran berupa buku, modul, diktat, modul petunjuk, model, alat bantu dan sebagainya menjadi salah satu butir item penilaian yang harus dipenuhi oleh dosen.
Pengertian buku ajar di perguruan tinggi, secara luas merupakan jenis buku yang diperuntukkan bagi mahasiswa sebagai bekal pengetahuan dasar dan digunakan sebagai sarana belajar serta dipakai untuk menyertai proses pembelajaran.
Di beberapa negara, jenis buku ini disebut sebagai textbook, tapi alih bahasa menjadi buku teks tidak cocok untuk menamai buku ini. Sesuai dengan jenis penggunaannya, istilah buku ajar lebih tepat dipakai sebagai padanan istilah text book dalam pembelajaran.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang sangat besar bagi kemajuan dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan tersebut bahan ajar yang disusun dosen perlu diintegrasikan dengan kemajuan teknologi.
Bentuk dari perkembangan teknologi informasi yang diterapkan di dunia pendidikan terkait bahan ajar adalah bentuk digital bahan ajar berbasis aplikasi sistem operasi android. Pembelajaran ini termasuk dalam pembelajaran berbasis web/e-Learning. Pembelajaran berbasis internet/e-Learning merupakan sebuah inovasi yang mempunyai kontribusi sangat besar terhadap perubahan proses pembelajaran, dimana proses belajar tidak lagi hanya mendengarkan uraian materi dari dosen tetapi mahasiswa juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Ratiyani (2014) Efektivitas pembelajaran melalui kegiatan pengembangan bahan ajar digital sangat berdampak pada aktivitas belajar.
Melalui penelitian yang dilakukan Ratiyani tersebut, peningkatan aktivitas belajar terjadi pada proses pembelajaran yang ia lakukan. Peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan bahan ajar digital dengan aplikasi model pembelajaran siklus 5E (Learning cycle 5E) yaitu sebesar 71,18% pada pertemuan pertama dan 79,51% pada pertemuan kedua. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya, sedangkan menurut Lestari (2013) bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat 2011). Bahan ajar disusun dengan melihat berbagai macam tujuan yang ingin dicapai didalam kurikulum yang sedang digunakan yang selanjutnya terealisasikan melalui pembelajaran
didalam kelas. Menurut Majid (2005), bahan ajar disusun dengan memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Membantu mahasiswa dalam mempelajari sesuatu.
2.) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.
3.) Memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
4.) Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik.
Ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk mempermudah peserta didik untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya. Menurut Lestari (2008), sesuai dengan penulisan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003 bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly.
Bahan ajar disusun sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan, agar nantinya bahan ajar yang disusun dapat menjadi bahan ajar yang tepat guna. Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan bahan ajar, harus disusun secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat menambah pengetahuan dan kompetensi peserta didik secara baik dan efektif.
Penulisan bahan ajar merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan bahan ajar mengacu pada kompetensi yang terdapat dalam Rencana Kegiatan Belajar-Mengajar, atau garis- garis besar program pendidikan danpelatihan, atau unit kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja yang telah dikembangkan. Setiadi (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa langkah-langkah pembuatan media
pembelajaran dalam bentuk aplikasi android dapat ditempuh beberapa langkah, yaitu:
1) penyusunan media/flowchart,
2) pembuatan aplikasi dengan menggunakan softwere adobe
animate CC,
3) mempublish ke dalam bentuk .apk yang nantinya dapat diinstal di smartphone
android , dan )
Tahap pengujian pada smartphone dapat dijalan menggunakan proses
debugging pada perangkat smartphone, pada penelitian ini tahap pengujian menggunakan
smartphone Samsung Galaxy J5 dengan spesifikasi CPU: QuadCore, 1.2GHz Display: Super
AMOLED, 720 x 1280 (HD), Camera Resolution: CMOS 13.0 MP, Versi Android 4.4 Kitkat.
Sistem digital yang popular ditengah masyarakat saat ini adalah android. Android merupakan salah satu platform system yang terbuka yang memungkinkan kita bisa membuat aplikasi sendiri sebagai developer di google playstore.
Nah, sebagai guru yang kekinian dan melek teknologi tidak ada salahnya untuk mencoba membuat aplikasi android untuk dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran di sekolah sebagai tugas terstruktur ataupun tugas di rumah. Salah satu aplikasi itu adalah aplikasi kuis, di mana di dalamnya ada materi dan soal yang bisa dikerjakan mahasiswa dengan menginstall aplikasi di gadgetnya terlebih dahulu kemudian dikerjakan di gadgetnya dan langsung tahu hasil atau skor yang diperoleh. Tujuannya adalah mahasiswa bisa lebih senang belajar karena dengan aplikasi kuis mahasiswa menjadi tahu materi yang belumbisa dikuasai.
Sumber : Ismail saleh