Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar Siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003). Tanpa adanya pendidikan, maka sumber daya manusia tidak akan dapat berkembang.
Pendidikan kini telah berevolusi, tuntutan demi tuntutan di dunia pendidikan pun semakin bertambah. Kalau dahulu, Siswa diibaratkan sebagai ember kosong yang siap diisi air, namun sekarang istilah itu sudah tidak berlaku lagi. Dewasa ini Siswa
seperti ember yang sudah terisi dan siap untuk mengisi ember-ember lainnya. Artinya, Siswa harus sudah membekali diri dengan kemampuan dan pengetahuan, kemudian dia pula yang akan membagikan pengetahuannya kepada rekan sejawat. Kaitannya dengan hal ini, guru juga memiliki peran penting untuk meningkatkan aktivitas belajar Siswa serta melaksanakan kegiatan pembelajaran, adapun cara-caranya dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Pengetahuan
ditemukan, dibentuk, dikembangkan oleh Siswa,
(2) Siswa membangun
pengetahuan secara aktif,
(3) Pendidik perlu berusaha mengembangkan
kompetensi dan kemampuan Siswa,
(4) Pendidikan adalah interaksi pribadi di
antara para Siswa dan interaksi guru dengan Siswa (Rahmawati, Magrifiani, Novianti, 2014:71).
Bahasa Indonesia adalah pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perkuliahan. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang kurang disegani oleh
Siswa. Tentunya hal ini banyak memberikan berbagai dampak negatif bagi Siswa, kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia yang tidak optimal misalnya.
Kemudian dampak yang lebih serius adalah bahasa Indonesia menjadi bahasa yang kurang dihargai dan dicintai.
Mengacu pada data yang dipaparkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bahwa nilai mata pelajaran bahasa Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2016 nilai rata-rata mata pelajaran bahasa Indonesia berada di angka 78,53, tahun berikutnya menurun menjadi 70,79, dan lebih ironinya lagi terjadi pada tahun 2018, nilai rata-rata mata pelajaran bahasa
Indonesia menjadi 66,77 (Kemendikbud.go.id, diakses pada 01 April 2019).
Fenomena tersebut dapat diatasi dengan beberapa cara misalnya menciptakan atau mengkreasikan media pembelajaran dan mengganti cara mengajar guru guna meningkatkan aktivitas belajar Siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa adalah pembelajaran aktif (Active Learning). Uno Hamzah (2011:10) mensinyalir bahwa “Aktif dalam konteks ini adalah memposisikan guru sebagai orang yang
menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara Siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.” Pernyataan ini mengindikasikan bahwa guru harus menciptakan dan memformulasikan kegiatan pembelajaran yang dapat dijadikan magnet untuk menarik minat belajar Siswa.
Sehingga segala potensi yang ada di dalam diri Siswa dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan pada akhirnya hasil belajar mereka pun
meningkat.
Lebih lanjut (Uno Hamzah, 2011:76) menyatakan bahwa Pembelajaran aktif dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Pembelajaran berpusat pada Siswa,
(2) Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata,
(3) Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi,
(4) Pembelajaran melayani gaya belajar anak yang
berbeda,
(5) Pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (Siswa-Guru),
(6) Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media belajar, (7) Pembelajaran berpusat pada Siswa,
(8) Penataan lingkungan belajar memudahkan Siswa untuk melakukan kegiatan belajar,
(9) Guru memantau proses belajar Siswa, dan
(10) Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.
Aplikasi Sarpu (Smart Crossword Puzzle) adalah sebuah aplikasi permainan teka-
teki silang pintar. Sarpu mampu mendukung pembelajaran aktif di mata pelajaran
bahasa Indonesia. Sarpu memiliki beberapa perbedaan dengan TTS pada
umumnya.
Pertama, bila kita mengacu pada TTS konvensional maka jelas Sarpu lebih menarik. Hal ini dikarenakan desain muka pada aplikasi Sarpu sangat berwarna dan tentunya ini akan jauh lebih disukai oleh Siswa. Kedua, Aplikasi Sarpu dilengkapi dengan penjelasan materi, sehingga dapat mempermudah Siswa untuk mengerjakan soal-soal yang disajikan. Ketiga, Sarpu dilengkapi dengan kartu
bergambar yang dijadikan sebagai media soal yang disajikan. Hal ini tidak kita temukan pada TTS konvensional yang menyajikan soal-soal secara tertulis.
Keempat, Sarpu dilengkapi dengan audio, dengan adanya audio maka Siswa akan
dipermudah dalam menjawab soal dan mendapatkan penjelasan, serta, Kelima, desain pada Sarpu menggunakan motif ulos, yakni kain khas Sumatera Utara.
Tentunya dengan ini, Siswa pun juga turut menjaga budaya Sumatera Utara.
Mitra Utama dalam program ini adalah SMP PAB 2 Helvetia. Namun, program ini juga tim laksanakan di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kota Medan. Hal ini dilakukan guna memperoleh kebermanfaatan aplikasi dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.
Sumber : Sri Listianizar